"WELCOME TO RISCA BLOG "

Kamis, 28 April 2011

Kera dan Ayam

Pada zaman dahulu ada seekor ayam yang bersahabat dengan seekor kera.Tetapi,persahabatan itu tidak berlangsung lama karena kelakuan si kera.Pada suatu petang si kera mengajak si ayam untuk berjalan-jalan.Ketika hari sudah mulai petang kera pun merasa lapar.Kemudian kera menangkap ayam dan kera mulai mencabuti bulunya.Si ayam meronta-ronta dengan sekuat tenaga.Akhirnya,ia dapat meloloskan diri.
Ia pun berlari dengan sekuat tenaga.Untunglah tidak jauh dari tempat itu adalah tempat kediaman kepiting teman sejati dirinya.Dengan tergopoh-gopoh si ayam pun masuk ke lubang kediaman kepiting.Disitu ayam menceritakan semua kejadian yang dialaminya.
Mendengar perlakuan seperti itu kepiting pun tidak bisa menerima perlakuan seperti itu.Dan akhirnya kepiting pun membuat siasat untuk memperdaya kera.Mereka akhirnya bersepakat untuk mengundang kera untuk pergi ke pulau sebrang yang penuh dengan buah-buahan.Dengan rakusnya kera pun menyetujui ajakan itu.Tetapi perahu yang dipakai adalah perahu buatan sendiri yang terbuat dari tanah liat.Perjalananpun sudah dimulai.Sesampainya di tengah laut ayam pun mencotok-cotok perahu itu.Dan akhirnya perahu itu pun bocor dan tenggelam.Dengan tangkasnya kepiting pun menyelam ke dasar laut dan dengan mudahnya ayam pun terbang ke darat.Tinggallah seekor kera yang meronta-ronta minta tolong.Dan akhirnya seekor kera itu mati tenggelam.

Kancil Kena Batunya

Kabar tentang kebun timun pak tani yang tengah berbuah lebat santer terdengar di hutan belantara. Seluruh hewan herbivora (pemakan tumbuhan) menjadikannya topik pembicaraan dimana-mana. Sembari meneguk air liur, mereka membayangkan betapa ranum dan lezatnya buah timun. Sayangnya, kebun pak tani ditepi hutan itu dikelilingi pagar tinggi & rapat. Mustahil untuk memasukinya.
Dan kabar tentang buah timun dikebun pak tani juga terdengar sampai ke telinga Kancil.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba ! Kancil bersorak girang dalam hati. Musim kemarau yang panjang membuatnya sulit menemukan rumput segar untuk dimakan. Pohon-pohon meranggas. Sudah berbulan-bulan kancil hanya bisa mengganjal perutnya dengan daun-daun yang telah mengering.
Membayangkan nikmatnya timun di kebun pak tani tak urung membuat air liur kancil ikut meleleh. Maka di suatu senja ia pun berjalan mengendap-ngendap ke kebun pak tani. Sampai malam menjelang ia berjalan memutari kebun pak tani yang terpagar ketat. Berdiri kokoh dan kuat. Tanpa ada jalan masuk sedikitpun. Kancil hampir putus asa menemukan kenyatan, bahwa tak ada celah yang bisa ia jadikan jalan untuk memasuki kebun pak tani.
Ditengah keputusasaannya itu, secara tak sengaja ia melihat sebuah lubang kecil terletak dibawah tiang pagar yang tembus kedalam kebun. Baik pak tani maupun binatang-binatang didalam hutan tampaknya tak tahu akan hal ini. Lubang itu tersamar dibawah tumpukan ranting-ranting kering.
Ini dia yang dicarinya !
Sekali lagi, kancil bersorak girang dalam hati. Namun ia menahan keinginannya untuk segera masuk melalui lubang tersebut. Hari telah malam, dan lagi, kancil telah punya rencana sendiri untuk menjalankan niatnya mencuri timun dikebun pak tani. Sebuah strategi dengan jalan memanfaatkan tenaga hewan lain. Rencana yang sangat cerdik. Atau mungkin lebih tepat disebut rencana yang culas !
Besoknya, saat tengah hari yang terik, kancil bergegas menemui babi hutan. Sama seperti hewan lainnya dalam belantara, tubuh babi hutan terlihat kurus kerempeng. Tulang rusuknya bertonjolang seperti merencanakan desersi dari tubuhnya. Tampaknya kemarau telah membawa bencana gizi buruk bagi seluruh penghuni belantara.
Kancil dengan sengaja memilih babi hutan untuk dimanfaatkan. Sebab babi adalah ahli menyusup dalam lubang tanah. Tubuh babi yang kurus juga akan memperlancar usahanya itu. Sekarang tinggal bagaimana membujuk babi hutan agar mau mengikuti akal bulusnya, guman kancil dalam hati. Sungguh perkara yang gampang. Selain terkenal polos, situasi kekurangan pangan yang tengah dialami oleh babi akan membuatnya mudah untuk diperdaya. Sebab kawan, bukankah kebodohan dan kelaparan membuat kita gampang terjerumus kedalam tindak kejahatan ? Jadi, waspadalah, waspadalah !
Berlagak acuh tak acuh, kancil mondar mandir dihadapan babi hutan. Lagaknya seperti wisatawan domestik memakai kacamata hitam lalu lalang dihadapan bule-bule berbikini di pantai Kuta.
Katanya (seolah berbicara pada diri sendiri) “ Betapa nikmatnya disiang hari yang panas ini makan buah timun yang ranum, lezat dan airnya segar..nyam..nyam..nyam..”
Babi hutan yang tengah keroncongan mendadak melelehkan air liur demi mendengar perkataan kancil. Dan seperti hewan lain dibelantara itu, babi hutan juga mengetahui kalau itu suatu hal yang mustahil. Pagar kebun pak tani terkenal kuat, rapat dan tak mungkin dimasuki.
“ Berhentilah mengkhayal kawan. Tak ada jalan untuk masuk ke kebun timun itu “ Gerutu babi hutan kesal.
“ Siapa bilang ? “ Sanggah kancil. Lalu melanjutkan dengan nada suara yang bersungguh-sungguh “ Aku telah menemukan jalan masuk ke kebun itu. tapi aku mohon padamu kawan, ssstttt…- seolah takut didengar hewan lain – jangan mengatakan ini kepada siapapun. Ini rahasia kita berdua..”
Mendengar ucapan kancil, babi hutan sontak kaget. Wajahnya sumringah siswa yang lulus UAN.
“ Betulkah yang kau katakana itu kawan ? lalu kenapa kau tidak memasukinya kalau kau betul telah menemukan jalan untuk masuk ke kebun itu ?“
“ Begini kawanku babi hutan yang tampan. Jalan masuk itu berupa lubang ditanah, tepat dibawah tiang pagar diluar kebun yang tembus kedalam. Tahu sendirilah kawan, dibelantara ini, cuma kamu satu-satunya pakar dalam hal melewati lubang tanah “
Telinga babi hutan berdiri mendengar pujian kancil kepadanya. Tanpa berpikir panjang lagi (didorong oleh rasa lapar) babi hutan bersikeras mengajak kancil ke kebun pak tani untuk melihat lubang tembus tersebut. Kancil pmengelak halus dari ajakan babi hutan. Mirip anggota DPR yang disodori amplop oleh para makelar proyek dan pura-pura menolak.
“ Tapi bagaimana denganku kawan. Aku tentu tak bisa mengikutimu masuk kebun lewat lubah tanah itu. sementara kau enak-enakan didalam makan timun, aku tetap kelaparan diluar menunggumu “ kancil memberikan alasannya.
Babi hutan menepiskan kakinya. “ tak usah kau khawatir soal itu kawan. Saat aku telah sampai didalam, aku akan memberikan buah timun kepadamu diluar melalui lubang tanah itu. Bagaimana ? cukup adil kan ? “
Tawaran babi hutan itu seperti yang telah diduga sebelumnya oleh si kancil. Lalu mereka berdua beranjak ke kebun pak tani. Tepat ditempat dimana lubang tanah yang tembus itu, kancil menunjukkan kepada babi hutan.
“ Ini dia lubangnya kawan “
“ Aha ! ini soal gampang. Tunggu saja kawan. Begitu aku masuk, aku akan segera memberitahukannya kapadamu “ jawab babi hutan.
Lalu babi hutan pun dengan mudahnya menyusup kedalam kebun pak tani melalui lubang ditanah itu. Babi hutan terperangah begitu menyaksikan buah timun bergelantungan diseantero kebun. Buahnya besar-besar dan ranum.
Dari balik pagar, babi hutan berseru kepada kancil yang menunggu diluar.
“ Kancil kawanku, aku akan memetik timun dan mengirimkannya kepadamu diluar. Nanti setelah diluar baru kita bagi dua dan sama-sama memakannya “
“ Baiklah kawan. Aku tunggu “ sorak kancil kegirangan.
Babi hutan tak menunggu waktu lama. Ia memetik buah timun sebanyak mungkin. Seluruh hasil petikannya dilungsurkan kepada kancil melalui lubang masuknya tadi. Sejam berlalu, buah-buah timun telah teronggok setinggi satu meter dihadapan si kancil diluar pagar. Merasa telah cukup, babi hutan pun berniat keluar.
“ Kawan, apakah buah timun yang kupetik telah cukup untuk kita berdua !? kalau sudah cukup, aku akan segera keluar ! “ teriak babi hutan dari dalam.
Melihat gundukan buah timun dimukanya, kancil berubah pikiran. Ia ingin memiliki seluruh buah timun itu sendiri untuknya. Kancil memikirkan bagaimana caranya bisa mengelabui babi hutan.
“ Kawan, aku punya rencana bagus. Bagaimana kalau kamu istirahat dulu sejenak didalam sambil memakan buah timun sebanyak mungkin. Dengan begitu, buah timun kita diluar tetap utuh. Coba pikirkan, kamu akan kenyang memakan buah timun didalam kebun, lalu setelah keluar, kamu tetap akan mendapatkan bagian yang sama denganku !? “ balas kancil berteriak
Betul juga, pikir babi hutan mendengar usulan kancil
“ Baiklah kawan, kamu sungguh adil dan baik hati. Lagipula aku sudah sangat lapar. Kalau begitu tunggulah aku barang sejenak “ jawab babi hutan.
Tanpa berpikir panjang lagi, babi hutan dengan lahap memakan buah timun dari dalam kebun. Tanpa disadarinya, kini tubuhnya telah berubah menjadi sangat gemuk. Begitu gemuknya sampai-sampai ia tak mampu lagi melewati lubang tanah yang dimasuki tadi. Babi hutan mendadak panik. Pak tani pemilik kebun memiliki anjing penjaga yang ganas. Bila ia sampai terperangkap didalam kebun ini, maka tamatlah riwayatnya. Kawan, inilah buah dari keserakahan. Babi hutan cepat-cepat memberitahukan kesulitan itu pada kancil yang berdiri menunggunya diluar. Mohon bantuan, situasinya darurat.
“ Kawan, aku tak bisa keluar. Tubuhku tidak sekurus tadi sewaktu masuk “ teriak babi kebingungan.
Kancil tertawa kecil. Justru inilah yang diinginkannya. Dengan begitu ia tak perlu membagi timun ini kepada babi hutan.
“ Begini kawan. Satu-satunya jalan agar kau bisa keluar hanya jika kau berpuasa barang sehari dua hari. Tunggulah sampai tubuhmu kembali kurus seperti semula “ saran kancil seolah ikut prihatin. Sambil berkata, diam-diam ia bergegas menyusun timun itu keatas pelepah pohon palem dan menyeretnya menuju tempat yang aman.
“ Tapi kawan, bagaimana jika pak tani datang membawa anjingnya “ keluh babi hutan pasrah.
“ Justru itulah yang kuinginkan. Dasar babi hutan bodoh ! “ ujar kancil dalam hati sambil tertawa kecil melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
Tak ada balasan dari si kancil. Babi hutan berteriak berulang-ulang. Tetap tak ada jawaban. Kini babi hutan terduduk lesu dibalik pagar. Sadarlah ia kini, kalau kancil telah memperalatnya. Hatinya diliputi amarah. Panas dibakar dendam. Ia berjanji akan membalas kejahatan kancil terhadapnya. itu pun kalau anjing pak tani tidak keburu datang untuk memangsanya.
Hari berganti malam. Tak terasa sudah tiga hari kemudian.
Kancil terlihat tengah asyik menikmati buah timun ditempat kediamannya yang tersembunyi. Sudah tiga hari berturut-turut ia hidup mewah dari hasil kejahatannya itu. Kadang ia tertawa sendirian mengingat babi hutan yang telah diperdayanya. Pasti babi hutan telah tamat riwayatnya ditaring anjing pak tani. Dunia memang hanya diciptakan untuk mereka yang cerdik, batin kancil dalam hati.
Bukannya sedih, justru kancil tertawa terpingkal-pingkal bila mengingat itu semua.
Sebuah gerakan dari balik semak-semak menghentikan tawa kancil. Kini mukanya berubah pucat pasi. Lututnya gemetar. Badannya menggil-gigil. Sosok babi hutan dengan wajah beringas tiba-tiba muncul dihadapannya. Mata babi hutan memelototinya buas. taringnya mencuat. Tajam dan siap menyeruduknya. Sungguh sangat menyeramkan.
“ Ka…ka….ka…kau….” ujar kancil gugup. Mulutnya seolah terkunci. Pemandangan ini sungguh diluar dugaannya.
.” Ya ! saya masih hidup kancil culas ! “ geram babi hutan. Ia bersyukur karena pak tani dan anjingnya tak kunjung datang selama 3 hari ia terperangkap didalam kebun..
Babi hutan menyepak-nyepakkan kakinya kedalam tanah. Kepalanya menjulur kedepan. Dalam posisi tunduk, Ia bersiap menyerang kancil dengan taringnya.
“ Terimalah pembalasanku sekarang “ teriak babi hutan sambil menyerbu kancil.
Kancil melompat menghindar. Berlari lintang pukang. Seluruh tenaganya dikerahkan untuk berlari menyelamatkan diri dari babi hutan yang kalap. Kejar mengejar pun terjadi.
Kancil akhirnya tiba ditepi sungai. Nafasnya terengah-engah. Babi hutan yang mengejarnya tertinggal jauh dibelakang. Ia sama sekali belum aman. Sebentar lagi babi hutan juga akan sampai ke tempat itu.. Kancil memutar otaknya cepat. Ia bisa selamat hanya jika bisa menyeberangi sungai. Sungguh bukan sebuah perkara yang mudah. Mata-mata lapar kawanan buaya ganas sudah mengintainya sejak tadi dari balik permukaan air.
“ Kemarilah kancil kecil. Kau akan menjadi santapan kami hari ini “ teror buaya-buaya dari dalam sungai menciutkan nyali kancil.
Kini kancil menemukan dirinya terpojok. Malaikat maut seolah datang menyodorinya buah simalakama. Mati ditaring babi hutan, atau tewas dirahang buaya ? Keduanya sama sekali bukan pilihan yang elegan untuk mengakhiri hidup.
Berhubung babi hutan sudah tak mungkin lagi ia perdayai, maka ia pun mencoba keberuntungannya untuk memperdayai buaya-buaya sungai itu. Buaya-buaya yang kelaparan. Tentu sangat mudah untuk diperdaya.
“ Wahai kawanku buaya. Aku sama sekali tidak keberatan untuk menjadi makan siangmu. Tapi lihatlah tubuhku yang kecil ini. mana mungkin cukup dibagi-bagi buat kalian semua. Bagaimana kalau aku mencoba menghitung dulu jumlah kalian. Jika kurasa cukup, maka dengan rela aku ikhlas menyerahkan tubuhku untuk kalian santap “ rayu kancil dengan mimik memelas.
Kawanan buaya berbisik satu sama lain. Perkataan kancil tampaknya masuk diakal mereka.
“ Baiklah. Tapi bagaimana caramu untuk menghitung kami “ kata salah seorang dari buaya itu.
Kancil tersenyum dalam hati. Rayuannya mengena. Saatnya untuk menjalankan akal bulusnya.
“ Aku cuma minta kalian berjejer mulai dari tempatku berdiri sampai ketepi sungai diseberang. Dengan begitu, aku akan mudah melangkah diatas punggung kalian sambil berhitung. Bagaimana ? kalian setuju “ Tanya kancil
Kembali kawanan buaya itu berbisik satu sama lain.
“ Baiklah. Kami setuju. “ jawab buaya.
Dengan penuh keyakinan kancil mulai melangkah diatas punggung buaya sambil berhitung. Begitu sampai ditepi seberang sungai ia akan berlari secepat mungkin. Demikianlah rencananya.
“ satu.., dua…, tiga…, empat…….lim…. “ hitung kancil sambil melompat dari satu pungung ke punggung buaya yang lain. Tanpa terasa ia kini telah berada dipunggung buaya yang mengambang tepat ditengah-tengah sungai.
Tapi alangkah terkejutnya kancil. Buaya-buaya yang sebelumnya berjejer rapi, lurus sampai ke tepi, tiba-tiba berpencar menjauh. Kawanan buaya membentuk formasi melingkar sama sekali tak terjangkau oleh lompatannya. Maka kancil pun terkepung tepat ditengah-tengah sungai. Bayangan kematian kembali menari-nari dipelupuk mata kancil.
“ Kawan, aku belum selesai berhitung. Aku belum tahu apakah jumlah kalian cukup untuk membagi-bagi tubuhku ini ? “ kancil tetap mencoba meyakinkan kawanan buaya.
Buaya-buaya itu malah tertawa terbahak-bahak.
“ Wahai kancil. Kami tahu. Kamu hanya memperalat kami. Kamu hanya memanfaatkan punggung kami untuk sampai keseberang sungai itu kan ? “ kata seekor buaya.
Lalu buaya lainnya menambahkan. “ lagipula, kami tidak pernah mempersoalkan sedikit banyaknya jumlah makanan. Sedikit atau banyak buat kami bukan masalah. Karena kami akan tetap membaginya sama rata diantara kami. Ketahuilah wahai kancil. Sedikit atau banyak akan tetap cukup bagi kami, selama kami bisa bersyukur dan tidak serakah “
Kancil tertunduk pasrah. Ia menyesal telah memandang remeh buaya-buaya ini. Kancil mengira buaya-buaya kelaparan dihadapannya sama seperti dirinya. Serakah dan enggan berbagi dengan sesama.
Sejurus kemudian kancil yang culas itu akhirnya tewas diterkam rahang buaya-buaya sungai yang ganas. Babi hutan menyaksikan kematian kancil yang menggenaskan dari tepi sungai. Mulai hari itu, babi hutan berjanji untuk tidak serakah dan selalu adil berbagi dengan sesama.

Rabu, 27 April 2011

Entong Gendut Dari Batuampar

Pajak seyogianya diambil seperlima dari hasil panen. Bagian itu bisa berwujud padi, palawija, atau hasil pertanian lainnya, semuanya harus diserahkan kepada tuan tanah. Setelah tahun 1912, tuan tanah tidak mau lagi menerima bagian pajaknya. Dia minta kenaikan dua kali lipat. Alasannya, antara lain karena hasil panen jauh lebih bagus dari musim lalu. Dengan perbaikan sistem irigasi dari sungai ke sawah-sawah membuat hasil panen berlipat ganda, serta akibat pengukuran ulang. Tidak diremehkan pula kegigihan para mandor melakukan kontrol menjelang potong padi.
Umumnya para petani keberatan. Kenaikan 20% bukan hal ringan. Pajak yang berat. Para petani usul agar pajak itu diganti dengan sewa tanah. Akan tetapi, tuan tanah menolak sebab dialah yang berkuasa. Jadi, dia pulalah yang menentukan. Mereka yang merasa keberatan lebih baik pindah ke gunung saja.
Praktek-praktek busuk para mandor beserta centeng-centengnya di sawah waktu menimbang padi sangat meresahkan para petani. Kalau menimbang padi untuk pajak tuan tanah dilebih-lebihkan. Pihak petani dirugikan terus. Merekalah yang selalu menerima bagian paling buruk dan paling sedikit.
Kegiatan lain yang meresahkan para petani adatah “kompenian”, yaitu kerja bakti tanpa upah untuk kepentingan para tuan tanah. Para petani dan warga desa, laki-laki dewasa pada umumnya, bersungut-sungut. Mereka sering berbisik-bisik atau berunding sembunyi-sembunyi untuk melakukan perlawanan.
“Patahkan saja lehernya!”
Salah seorang petani dan warga desa lainnya menyambut dengan bersemangat, “Ya, nanti kita patahkan lehernya!”
Suasana makin panas.
Tuan tanah tahu suasana panas itu. Para petani dan warga desa tidak main-main. Oleh karena itu, permintaan agar pajak diganti dengan sewa tanah diluluskan. Akan tetapi, banyak petani yang akhirnya tidak mampu membayar. Barang-barang mereka dirampas mandor dan diserahkan kepada tuannya. Kalau tetap tidak bisa membayar sewa tanah, atau tidak ada lagi barang untuk menutup, rumah harus dijual. Pembelinya tuan tanah juga dengan harga amat murah.
Tuan tanah sering hanya mendapat rumah rusak. Dia lalu memerintahkan mandor dan para centeng untuk membakar. Petani-petani malang itu makin sengsara. Sejak itu suasana semakin buruk.
Pada tanggal 14 Mei 1914 ada suatu peristiwa, yaitu Taha dihadapkan ke pengadilan. Dia petani dari Batuampar. Dia diputuskan pengadilan harus membayar pajak sebesar 7 gulden. Kalau tidak bisa membayar, rumahnya akan segera disita.
Kemudian, Taha bercerita kepada kawan-kawannya. Mereka berkumpul di kebun Jaimin, tidak jauh dari rumah Taha, Orang-orang itu diberi semangat oleh Entong Gendut. Lalu, mereka berteriak bahwa putusan itu tidak adil.
Kenyataannya, tiga hari kemudian rumah Taha disita, Tuan tanah hanya membayar 4 1/2 gulden. Untuk melunasi utang pajak saja masih kurang. Gema tidak puas melanda Batuampar, Entong Gendut dan kawan-kawannya marah sekali. Namun, untuk melakukan perlawanan terhadap tuan tanah, Para mandor, dan centengnya, masih dirasa berat bagi Entong Gendut. Dia dan kawan-kawannya harus mempersiapkan din terlebih dulu, antara lain dengan belajar dan berlatih silat. Entong Gendut sebagai pelatih karena sejak dulu dia dikenal sebagai pendekar.
Entong Gendut dibantu Modin dan Maliki. Mereka dari Batuampar juga. Anggota perkumpulan silatnya semula hanya beberapa gelintir orang, tetapi akhirnya bertambah, mencapai lebih dari 400 orang. Di antaranya yang bersungguh-sungguh adalah Haji Amat Awab, Said Keramat, Nadi, dan Dullah. Orang-orang Arab ada juga yang ikut, antara lain Ahmad Alhadat, Said Muksin Alatas dari Cawang, dan Alaidrus dari Cililitan.
Peristiwa berikutnya terjadi di Vila Nova, rumah mewah milik Lady Rollinson di Cililitan Besar. Malam itu tanggal 5 April 1916 berlangsung pesta amat meriah. Hiburan untuk rakyat sekitar juga semarak. Tuan Ament pemilik tanah luas di Tanjung Timur datang dengan mobilnya. Sebelum sampai di jembatan, sekelompok orang tidak dikenal melempari mobilnya dengan batu. Tuan Ament tidak mempersoalkan kaca belakang mobilnya yang pecah dan
penyok-penyok itu. Dia bergegas masuk ke pelataran rumah Lady Rollinson. Di situ dia bergabung dengan tamu-tamu terhormat lainnya. Dia ikut menyaksikan hidangan seni berupa musik dan tari-tarian yang menyenangkan. Dia merasakan nikmatnya wiski, gurihnya daging kalkun, dan semerbaknya panggang babi. Dia bertukar pengalaman dengan kawan-kawannya yang sederajat. Ada tuan tanah Kemayoran, tuan tanah Pondok Gede, para wedana, serta tidak ketinggalan pula noni-noni bermata biru berambut pirang dan sinyo-sinyo yang tertawa-tawa kecil dan agak malu-malu.
Di luar halaman berpagar tinggi itu rakyat menonton hiburan gratis seperti topeng dan wayang kulit. Mereka berjubel. Sekali-sekali mereka yang berada di luar pagar itu memperhatikan pemandangan pesta di halaman rumah Lady Rollinson.
Pesta di dalam makin menghangat. Pasangan-pasangan berdansa diiringi musik. Lalu, mendekatlah seorang pelayan kepada Lady Rollinson.
“Bagaimana, Tija?” tanya nyonya majikannya. “Saya sudah tahu, Nyonya.”
“Jadi, benar Entong Gendut pimpinannya?”
“Tidak salah, Nyonya.”
“Dia pula yang menggerakkan orang untuk melempari mobil tuan Ament?”
“Ya, Nyonya.”
Lady Rollinson mendekati Tuan Ament dan menganjurkan agar dia melapor ke komandan polisi dengan cepat.
“Tentu saja, Lady Rollinson,” jawab Tuan Ament, “pada waktu yang diperlukan saya bisa bertindak cepat. Sekarang tenang saja dulu.”
Tiba-tiba tetabuhan di luar pagar berhenti. Orang-orang yang berjualan makanan dan minuman
menutup kegiatannya. Para penonton bubar dan pulang ke rumah masing-masing. Seketika sepi dan lampu-lampu keramaian dimatikan. Hal itu membuat tamu-tamu yang berpesta di rumah Lady Rollinson mulai berpikir, jangan-jangan bahaya mengancam. Daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, lebih baik mereka minta diri kepada nyonya rumah. Mereka tergesa-gesa pulang dengan bendi atau mobil. Lady Rollinson ikut gelisah dan marah. Dia segera lapor kepada komandan polisi dan berkeluh kesah kepada residen.
Sementara itu, pengaruh Entong Gendut dan pembantu-pembantu dekatnya makin kuat. Apa yang dikatakan Entong Gendut diikuti semua oleh warga Batuampar dan sekitarnya. Wedana Meester Cornelis didatangi bawahannya yang menyampaikan laporan. Ia mengatakan bahwa pengaruh bek di kelurahan tidak bermanfaat lagi. Telinga dan mulut Entong Gendut ada di mana-mana.
Wedana Meester Cornelis dikawal komandan pasukan serta polisi melakukan peninjauan ke Batuampar. Di depan rumah yang diduga milik Entong Gendut, dia langsung memerintahkannya keluar, kalau tidak pintu akan didobrak. Entong Gendut menjawab dari dalam akan bersembahyang dulu. Selesai sembahyang, Entong Gendut menampakkan diri. Dia berjubah putih, di dadanya tersembul keris, dan tangannya memegang tombak panjang. Para pengawalnya bersorban dan bertombak berdiri di belakangnya.
“Aku raja dan aku tidak mau tunduk kepada siapa pun. Aku tidak mau mengikuti pimpinan hukum, apalagi buatan Belanda.”
Wedana Meester Cornelis berunding dengan opsir-opsir polisi. Sementara itu Entong Gendut meneruskan bicaranya, “Wedana, ketahuilah. Aku amat malu kepada kawan-kawanku para tuan tanah. Mereka telah membakar rumah penduduk miskin. Apa salah mereka? Hanya karena mereka petani miskin dan tidak mampu membayar pajak serta sewa tanah yang mahal, lalu rumah mereka dihanguskan? Amat disayangkan!”
Para pengikut Entong Gendut lainnya keluar dari semak-semak. Mereka bersenjatakan panah dan tombak. Wedana dan para pengawalnya kaget sekali. Dia lalu memerintahkan untuk melepaskan tembakan, ramailah kampung Batuampar. Tidak sedikit polisi kena bacok dan tertembus anak pariah. Entong Gendut bersuara lantang. Teriakan-teriakan Allahu Akbar menggema.
“Amuk, amuk!” teriak anak buah Entong Gendut sambil melemparkan tombak dan mengayunkan pedang. Serdadu Bala bantuan datang. Anak buah Entong Gendut banyak yang bergelimpangan. Beberapa rumah terbakar, penduduk yang tua, kaum perempuan, dan anak-anak diungsikan. Akan tetapi, korban warga Batuampar semakin banyak juga.
Entong Gendut terluka. Dadanya tertembus peluru, darah segar mewarnai jubahnya yang putih. Anak buahnya mengerumuninya. Wedana Meester Cornelis memerintahkan komandan pasukan untuk mengikat tangan Entong Gendut. Lalu, dia dinaikkan ke tandu dan diangkut ke Rumah Sakit Kwini. Namun, di tengah perjalanan, Entong Gendut tidak bernapas lagi. Para pengikutnya dikejar-kejar polisi. Mereka terus dicari sampai ke Condet dan Tanjung Timur. Setelah tertangkap, mereka dimasukkan ke penjara.
Mirah, Singa Betina Dari MarundaPada suatu malam, centeng-centeng di rumah Babah Yong di Kemayoran terkapar di lantai. Babah Yong sendiri terikat di tiang ruang tengah. Perabot rumah berantakan. Barang-barang berharga dibawa kabur kawanan perampok. Malam itu juga, Tuan Ruys penguasa daerah Kemayoran segera datang mempelajari bekas-bekas perampokan. Di situ juga Nadir Bek Kemayoran. Petugas lain yang ikut sibuk adalah para opas.......
JampangBayi yang masih merah itu lahir dan menangis keras sekali. "Syukur anak pertamaku sudah lahir," kata ayahnya dengan gembira. Setelah seminggu, anak itu ditimang-timang. Ibunya memperhatikan dengan khawatir.......
Pageran SarifJatuhnya Jayakarta ke tangan Kompeni Belanda pada tahun 1619 membuat banyak ulama marah. Mereka menjauhi keramaian kota dan pergi berbondong-bondong ke tempat yang lebih udik. Mereka melakukan persiapan, siapa tahu suatu saat dapat melakukan pembalasan untuk menguasai kota Jayakarta kembali. Walaupun kenyataannya sulit, mereka tidak kenal putus asa. Mereka terpaksa hidup di tepi-tepi hutan, sedangkan anak dan istri ditinggalkan beberapa saat. Hanya pada saat tertentu mereka berkumpul, sesudah itu berpisah kembali. Karena keadaan yang terus menekan, lama-kelamaan merepotkan juga kalau keluarga ditinggalkan. Mau tidak mau keluarga harus diajak. Salah seorang dari para ulama itu adalah Pangeran Sarif. Selain istri, ikut juga seorang pembantu lelakinya yang masih muda.......
Hari-hari Akhir Si PitungBetawi Oktober 1893. Rakyat Betawi di kampung-kampung tengah berkabung. Dari mulut ke mulut mereka mendengar si Pitung atau Bang Pitung meninggal dunia, setelah tertembak dalam pertarungan tidak seimbang dengan kompeni. Bagi warga Betawi, kematian si Pitung merupakan duka mendalam. Karena ia membela rakyat kecil yang mengalami penindasan pada masa penjajahan Belanda. Sebaliknya, bagi kompeni sebutan untuk pemerintah kolonial Belanda pada masa itu, dia dilukiskan sebagai penjahat, pengacau, perampok, dan entah apa lagi.......
Si PanjangKompeni Belanda pada abad ke-18 di Batavia merasa menghadapi masalah besar. Hambatan itu datang dari kalangan pedagang. Pelopornya adalah para tauke. Saingan ini memang amat licin karena para tauke dan organisasinya begitu terpadu. Sampai ke pelosok-pelosok mereka punya jaringan yang rapi dan tidak kentara, terutama dalam bidang perdagangan. Kalau harga yang satu naik, harga yang lain ikut naik. Tidak ada yang berbeda. Begitu juga dengan barang-barang mana yang harus muncul dan mana pula yang tidak dikeluarkan dulu. Semua demi keuntungan para tauke.......

Asal Usul Telaga Biru

Dibelahan bumi Halmahera Utara (Maluku Utara) tepatnya di wilayah Galela dusun Lisawa, di tengah ketenangan hidup dan jumlah penduduk yang masih jarang (hanya terdiri dari beberapa rumah atau dadaru), penduduk Lisawa tersentak gempar dengan ditemukannya air yang tiba-tiba keluar dari antara bebatuan hasil pembekuan lahar panas. Air yang tergenang itu kemudian membentuk sebuah telaga.
Airnya bening kebiruan dan berada di bawah rimbunnya pohon beringin. Kejadian ini membuat bingung penduduk. Mereka bertanya-tanya dari manakah asal air itu? Apakah ini berkat ataukah pertanda bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Apa gerangan yang membuat fenomena ini terjadi?
Berita tentang terbentuknya telaga pun tersiar dengan cepat. Apalagi di daerah itu tergolong sulit air. Berbagai cara dilakukan untuk mengungkap rasa penasaran penduduk. Upacara adat digelar untuk menguak misteri timbulnya telaga kecil itu. Penelusuran lewat ritual adat berupa pemanggilan terhadap roh-roh leluhur sampai kepada penyembahan Jou Giki Moi atau Jou maduhutu (Allah yang Esa atau Allah Sang Pencipta) pun dilakukan.
Acara ritual adat menghasilkan jawaban “Timbul dari Sininga irogi de itepi Sidago kongo dalulu de i uhi imadadi ake majobubu” (Timbul dari akibat patah hati yang remuk-redam, meneteskan air mata, mengalir dan mengalir menjadi sumber mata air).
Dolodolo (kentongan) pun dibunyikan sebagai isyarat agar semua penduduk dusun Lisawa berkumpul. Mereka bergegas untuk datang dan mendengarkan hasil temuan yang akan disampaikan oleh sang Tetua adat. Suasana pun berubah menjadi hening. Hanya bunyi desiran angin dan desahan nafas penduduk yang terdengar.
Tetua adat dengan penuh wibawa bertanya “Di antara kalian siapa yang tidak hadir namun juga tidak berada di rumah”. Para penduduk mulai saling memandang. Masing-masing sibuk menghitung jumlah anggota keluarganya. Dari jumlah yang tidak banyak itu mudah diketahui bahwa ada dua keluarga yang kehilangan anggotanya. Karena enggan menyebutkan nama kedua anak itu, mereka hanya menyapa dengan panggilan umum orang Galela yakni Majojaru (nona) dan Magohiduuru (nyong). Sepintas kemudian, mereka bercerita perihal kedua anak itu.
Majojaru sudah dua hari pergi dari rumah dan belum juga pulang. Sanak saudara dan sahabat sudah dihubungi namun belum juga ada kabar beritanya. Dapat dikatakan bahwa kepergian Majojaru masih misteri. Kabar dari orang tua Magohiduuru mengatakan bahwa anak mereka sudah enam bulan pergi merantau ke negeri orang namun belum juga ada berita kapan akan kembali.
Majojaru dan Magohiduuru adalah sepasang kekasih. Di saat Magohiduuru pamit untuk pergi merantau, keduanya sudah berjanji untuk tetap sehidup-semati. Sejatinya, walau musim berganti, bulan dan tahun berlalu tapi hubungan dan cinta kasih mereka akan sekali untuk selamanya. Jika tidak lebih baik mati dari pada hidup menanggung dusta.
Enam bulan sejak kepergian Magohiduuru, Majojaru tetap setia menanti. Namun, badai rupanya menghempaskan bahtera cinta yang tengah berlabuh di pantai yang tak bertepi itu.
Kabar tentang Magohiduuru akhirnya terdengar di dusun Lisawa. Bagaikan tersambar petir disiang bolong Majojaru terhempas dan jatuh terjerembab. Dirinya seolah tak percaya ketika mendengar bahwa Magohiduuru so balaeng deng nona laeng. Janji untuk sehidup-semati seolah menjadi bumerang kematian.
Dalam keadaan yang sangat tidak bergairah Majojaru mencoba mencari tempat berteduh sembari menenangkan hatinya. Ia pun duduk berteduh di bawah pohon Beringin sambil meratapi kisah cintanya.
Air mata yang tak terbendung bagaikan tanggul dan bendungan yang terlepas, airnya terus mengalir hingga menguak, tergenang dan menenggelamkan bebatuan tajam yang ada di bawah pohon beringin itu. Majojaru akhirnya tenggelam oleh air matanya sendiri.
Telaga kecil pun terbentuk. Airnya sebening air mata dan warnanya sebiru pupil mata nona endo Lisawa. Penduduk dusun Lisawa pun berkabung. Mereka berjanji akan menjaga dan memelihara telaga yang mereka namakan Telaga Biru.
Telaga biru kala itu selalu tampak bersih. Airnya sejernih kristal berwarna kebiruan. Setiap dedaunan yang jatuh di atasnya tidak akan tenggelam karena seolah terhisap untuk dibersihkan oleh bebatuan yang ada di tepian telaga.
Sampai saat ini mitos asal-mula telaga Biru masih terus terjaga di masyarakat. Pasangan muda-mudi dari Galela dan Tobelo ada yang datang ke telaga ini untuk saling mengikat janji. Sebagai tanda ikatan mereka akan mengambil air dengan daun Cingacinga dan lalu meminumnya bersama. Air yang masih tersisa biasanya akan dipakai untuk membasuh kaki dan wajah. Maknanya adalah supaya jangan ada lagi air mata yang mengalir dari setiap ikatan janji dan hubungan.
Penduduk dusun Lisawa mula-mula kini telah tiada dan hanya menyisakan telaga Biru. Sayang kondisi telaga Biru saat ini kian merana akibat ditebangnya pepohonan di sekitar telaga. Hal ini semakin diperparah dengan hilangnya bebatuan di sekitar telaga yang telah berganti dengan tanggul beton. Masyarakat sekitar juga memanfaatkan telaga ini sebagai tempat MCK sehingga banyak sampah plastik yang kini sangat merusak pemandangan. Belum lagi batang-batang pohon yang sengaja ditebang tidak pernah diangkat tetapi dibiarkan membusuk didalam air telaga.
Telaga Biru kini kembali menangis dan bertanya adakah orang yang dapat bertahan jika di dalam matanya kemasukan butiran pasir atau terkena pedihnya air sabun. Jika masih ada maka jangan wariskan derita ini pada anak cucumu. Ingat dan camkan bahwa negeri ini adalah pinjaman dari anak cucu kita!

Asal Usul Gunung Tangkuban Perahu

Di Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Bandung terdapat sebuah tempat rekreasi yang sangat indah yaitu Gunung Tangkuban Perahu. Tangkuban Perahu artinya adalah perahu yang terbalik. Diberi nama seperti karena bentuknya memang menyerupai perahu yang terbalik. Konon menurut cerita rakyat Parahyangan gunung itu memang merupakan perahu yang terbalik. Berikut ini ceritanya.
Diceritakan bahwa Raja Sungging Perbangkara pergi berburu. Di tengah hutan Sang Raja membuang air seni yang tertampung dalam daun caring (keladi hutan). Seekor babi hutan betina bernama Wayungyang yang tengah bertapa ingin menjadi manusia meminum air seni tadi. Wayungyang hamil dan melahirkan seorang bayi cantik. Bayi cantik itu dibawa ke keraton oleh ayahnya dan diberi nama Dayang Sumbi alias Rarasati.
Dayang Sumbi sangat cantik dan cerdas, banyak para raja yang meminangnya, tetapi seorang pun tidak ada yang diterima. Akhirnya para raja saling berperang di antara sesamanya. Galau hati Dayang Sumbi melihat kekacauan yang bersumber dari dirinya. Atas permitaannya sendiri Dayang Sumbi mengasingkan diri di sebuah bukit ditemani seekor anjing jantan yaitu Si Tumang. Ketika sedang asyik bertenun, toropong (torak) yang tengah digunakan bertenun kain terjatuh ke bawah. Dayang Sumbi karena merasa malas, terlontar ucapan tanpa dipikir dulu, dia berjanji siapa pun yang mengambilkan torak yang terjatuh bila berjenis kelamin laki-laki, akan dijadikan suaminya. Si Tumang mengambilkan torak dan diberikan kepada Dayang Sumbi.
Dayang Sumbi pun menikahi Si Tumang dan dikaruniai bayi laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Sangkuriang memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Dalam masa pertumbuhannya, Sangkuring selalu ditemani bermain oleh Si Tumang yang yang dia ketahui hanya sebagai anjing yang setia, bukan sebagai ayahnya. Sangkuriang tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan, gagah perkasa dan sakti.
Pada suatu hari Sangkuriang berburu di dalam hutan disuruhnya Si Tumang untuk mengejar babi betina yang bernama Wayungyang. Karena si Tumang tidak menurut, Sangkuriang marah dan membunuh Si Tumang. Daging Si Tumang oleh Sangkuriang diberikan kepada Dayang Sumbi, lalu dimasak dan dimakannya. Setelah Dayang Sumbi mengetahui bahwa yang dimakannya adalah Si Tumang, kemarahannya pun memuncak serta merta kepala Sangkuriang dipukul dengan senduk yang terbuat dari tempurung kelapa sehingga luka dan diusirlah Sangkuriang.
Sangkuriang pergi mengembara mengelilingi dunia. Setelah sekian lama berjalan ke arah timur akhirnya sampailah di arah barat lagi dan tanpa sadar telah tiba kembali di tempat Dayang Sumbi, tempat ibunya berada. Sangkuriang tidak mengenal bahwa putri cantik yang ditemukannya adalah Dayang Sumbi – ibunya, begitu juga sebaliknya. Terjalinlah kisah kasih di antara kedua insan itu. Tanpa sengaja Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah puteranya, dengan tanda luka di kepalanya.
Dayang Sumbi pun berusaha menjelaskan kesalahpahaman hubungan mereka. Walau demikian, Sangkuriang tetap memaksa untuk menikahinya. Dayang Sumbi meminta agar Sangkuriang membuatkan perahu dan telaga (danau) dalam waktu semalam dengan membendung sungai Citarum. Sangkuriang menyanggupinya.
Maka dibuatlah perahu dari sebuah pohon yang tumbuh di arah timur, tunggul/pokok pohon itu berubah menjadi gunung ukit Tanggul. Rantingnya ditumpukkan di sebelah barat dan mejadi Gunung Burangrang. Dengan bantuan para guriang, bendungan pun hampir selesai dikerjakan. Tetapi Dayang Sumbi bermohon kepada Sang Hyang Tunggal agar maksud Sangkuriang tidak terwujud. Dayang Sumbi menebarkan irisan boeh rarang (kain putih hasil tenunannya), ketika itu pula fajar pun merekah di ufuk timur. Sangkuriang menjadi gusar, dipuncak kemarahannya, bendungan yang berada di Sanghyang Tikoro dijebolnya, sumbat aliran sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur dan menjelma menjadi Gunung Manglayang. Air Talaga Bandung pun menjadi surut kembali. Perahu yang dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya ke arah utara dan berubah wujud menjadi Gunung Tangkuban Perahu.
Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi yang mendadak menghilang di Gunung Putri dan berubah menjadi setangkai unga jaksi. Adapun Sangkuriang setelah sampai di sebuah tempat yang disebut dengan Uju

Kancil si Pencuri Timin


Siang itu panas sekali. Matahari bersinar garang. Tapi hal itu tidak terlalu dirasakan oleh Kancil. Dia sedang tidur nyenyak di bawah sebatang pohon yang rindang. Tiba-tiba saja mimpi indahnya terputus. "Tolong! Tolong! " terdengar teriakan dan jeritan berulangulang.
Lalu terdengar suara derap kaki binatang yang sedang berlari-lari. "Ada apa, sih?"
kata Kancil. Matanya berkejap-kejap, terasa berat untuk dibuka karena masih mengantuk.
Di kejauhan tampak segerombolan binatang berlari-lari menuju ke arahnya. "Kebakaran!
Kebakaran!" teriak Kambing. "Ayo lari, Cil! Ada kebakaran di hutan!" Memang benar. Asap tebal membubung tinggi ke angkasa. Kancil ketakutan melihatnya. Dia langsung bangkit dan berlari mengikuti teman-temannya.
Kancil terus berlari. Wah, cepat juga larinya. Ya, walaupun Kancil bertubuh kecil, tapi dia dapat berlari cepat. Tanpa terasa, Kancil telah berlari jauh, meninggalkan temantemannya.
"Aduh, napasku habis rasanya," Kancil berhenti dengan napas terengah-engah,
lalu duduk beristirahat. "Lho, di mana binatang-binatang lainnya?" Walaupun Kancil senang
karena lolos dari bahaya, tiba-tiba ia merasa takut. "Wah, aku berada di mana sekarang?
Sepertinya belum pernah ke sini." Kancil berjalan sambil mengamati daerah sekitarnya.
"Waduh, aku tersesat. Sendirian lagi. Bagaimana ini?" Kancil semakin takut dan bingung.
"Tuhan, tolonglah aku."
Kancil terus berjalan menjelajahi hutan yang belum pernah dilaluinya. Tanpa terasa, dia
tiba di pinggir hutan. Ia melihat sebuah ladang milik Pak Tani. "Ladang sayur dan buahbuahan?
Oh, syukurlah. Terima kasih, Tuhan," mata Kancil membelalak. Ladang itu penuh
dengan sayur dan buah-buahan yang siap dipanen. Wow, asyik sekali! "Kebetulan nih, aku
haus dan lapar sekali," kata Kancil sambil menelan air liurnya. "Tenggorokanku juga terasa
kering. Dan perutku keroncongan minta diisi. Makan dulu, ah."
Dengan tanpa dosa, Kancil melahap sayur dan buahbuahan
yang ada di ladang. Wah, kasihan Pak Tani. Dia
pasti marah kalau melihat kejadian ini. Si Kancil nakal
sekali, ya? "Hmm, sedap sekali," kata Kancil sambil
mengusap-usap perutnya yang kekenyangan. "Andai setiap
hari pesta seperti ini, pasti asyik." Setelah puas, Kancil
merebahkan dirinya di bawah sebatang pohon yang
rindang. Semilir angin yang bertiup, membuatnya mengantuk. "Oahem, aku jadi kepingin
tidur lagi," kata Kancil sambil menguap. Akhirnya binatang yang nakal itu tertidur,
melanjutkan tidur siangnya yang terganggu gara-gara kebakaran di hutan tadi. Wah,
tidurnya begitu pulas, sampai terdengar suara dengkurannya. Krr... krr... krrr...
Ketika bangun pada keesokan harinya, Kancil merasa lapar lagi. "Wah, pesta berlanjut
lagi, nih," kata Kancil pada dirinya sendiri. "Kali ini aku pilih-pilih dulu, ah. Siapa tahu ada
buah timun kesukaanku." Maka Kancil berjalan-jalan mengitari ladang Pak Tani yang luas
itu. "Wow, itu dia yang kucari!" seru Kancil gembira. "Hmm, timunnya kelihatan begitu
segar. Besar-besar lagi! Wah, pasti sedap nih." Kancil langsung makan buah timun sampai
kenyang. "Wow, sedap sekali sarapan timun," kata Kancil sambil tersenyum puas. Hari
sudah agak siang. Lalu Kancil kembali ke bawah pohon rindang untuk beristirahat.
Pak Tani terkejut sekali ketika melihat ladangnya. "Wah, ladang timunku kok jadi
berantakan-begini," kata Pak Tani geram. "Perbuatan siapa, ya? Pasti ada hama baru yang
ganas. Atau mungkinkah ada bocah nakal atau binatang lapar yang mencuri timunku?"
Ladang timun itu memang benar-benar berantakan. Banyak pohon timun yang rusak karena
terinjak-injak. Dan banyak pula serpihan buah timun yang berserakan di tanah. "Hm, awas,
ya, kalau sampai tertangkap! " omel Pak Tani sambil mengibas-ngibaskan sabitnya. "Panen
timunku jadi berantakan." Maka seharian Pak Tani sibuk membenahi kembali ladangnya
yang berantakan.
Dari tempat istirahatnya, Kancil terus memperhatikan Pak Tani itu. "Hmm, dia pasti yang
bernama Pak Tani," kata Kancil pada dirinya sendiri. "Kumisnya boleh juga. Tebal,' hitam,
dan melengkung ke atas. Lucu sekali. Hi... hi... hi.... Sebelumnya Kancil memang belum
pernah bertemu dengan manusia. Tapi dia sering mendengar cerita tentang Pak Tani dari
teman-temannya. "Aduh, Pak Tani kok lama ya," ujar Kancil. Ya, dia telah menunggu lama
sekali. Siang itu Kancil ingin makan timun lagi. Rupanya dia ketagihan makan buah timun
yang segar itu.
Sore harinya, Pak Tani pulang sambil memanggul
keranjang berisi timun di bahunya. Dia pulang sambil
mengomel, karena hasil panennya jadi berkurang. Dan
waktunya habis untuk menata kembali ladangnya yang
berantakan. "Ah, akhirnya tiba juga waktu yang
kutunggu-tunggu," Kancil bangkit dan berjalan ke ladang.
Binatang yang nakal itu kembali berpesta makan timun
Pak Tani.
Keesokan harinya, Pak Tani geram dan marah-marah melihat ladangnya berantakan lagi.
"Benar-benar keterlaluan!" seru Pak Tani sambil mengepalkan tangannya. "Ternyata
tanaman lainnya juga rusak dan dicuri." Pak Tani berlutut di tanah untuk mengetahui jejak
si pencuri. "Hmm, pencurinya pasti binatang," kata Pak Tani. "Jejak kaki manusia tidak
begini bentuknya."
Pemilik ladang yang malang itu bertekad untuk menangkap si pencuri. "Aku harus membuat
perangkap untuk menangkapnya!" Maka Pak Tani segera meninggalkan ladang. Setiba di
rumahnya, dia membuat sebuah boneka yang menyerupai manusia. Lalu dia melumuri
orang-orangan ladang itu dengan getah nangka yang lengket!
Pak Tani kembali lagi ke ladang. Orang-orangan itu dipasangnya di tengah ladang timun.
Bentuknya persis seperti manusia yang sedang berjaga-jaga. Pakaiannya yang kedodoran
berkibar-kibar tertiup angin. Sementara kepalanya memakai caping, seperti milik Pak
Tani.
"Wah, sepertinya Pak Tani tidak sendiri lagi," ucap Kancil, yang melihat dari kejauhan. "Ia
datang bersama temannya. Tapi mengapa temannya diam saja, dan Pak Tani
meninggalkannya sendirian di tengah ladang?" Lama sekali Kancil menunggu kepergian
teman Pak Tani. Akhirnya dia tak tahan. "Ah, lebih baik aku ke sana," kata Kancil
memutuskan. "Sekalian minta maaf karena telah mencuri timun Pak Tani. Siapa tahu aku
malah diberinya timun gratis."
"Maafkan saya, Pak," sesal Kancil di depan orang-orangan ladang itu. "Sayalah yang telah
mencuri timun Pak Tani. Perut saya lapar sekali. Bapak tidak marah, kan?" Tentu saja
orang-orangan ladang itu tidak menjawab. Berkali-kali Kancil meminta maaf. Tapi orangorangan
itu tetap diam. Wajahnya tersenyum, tampak seperti mengejek Kancil.
"Huh, sombong sekali!" seru Kancil marah. "Aku minta maaf kok diam saja. Malah
tersenyum mengejek. Memangnya lucu apa?" gerutunya. Akhirnya Kancil tak tahan lagi.
Ditinjunya orangorangan ladang itu dengan tangan kanan. Buuuk! Lho, kok tangannya tidak
bisa ditarik? Ditinjunya lagi dengan tangan kiri. Buuuk! Wah, kini kedua tangannya
melekat erat di tubuh boneka itu. "Lepaskan tanganku!" teriak Kancil jengkel. "Kalau
tidak, kutendang kau!" Buuuk! Kini kaki si Kancil malah melekat juga di tubuh orangorangan
itu. "Aduh, bagaimana ini?"
Sore harinya, Pak Tani kembali ke ladang. "Nah, ini dia pencurinya!" Pak Tani senang
melihat jebakannya berhasil. "Rupanya kau yang telah merusak ladang dan mencuri
timunku." Pak Tani tertawa ketika melepaskan Kancil. "Katanya kancil binatang yang
cerdik," ejek Pak Tani. "Tapi kok tertipu oleh orang-orangan ladang. Ha... ha... ha...."
Kancil pasrah saja ketika dibawa pulang ke rumah Pak Tani. Dia dikurung di dalam kandang
ayam. Tapi Kancil terkejut ketika Pak Tani menyuruh istrinya menyiapkan bumbu sate.
"Aku harus segera keluar malam ini juga" tekad Kancil. Kalau tidak, tamatlah riwayatku."
Malam harinya, ketika seisi rumah sudah tidur, Kancil memanggil-manggil Anjing, si
penjaga rumah. "Ssst... Anjing, kemarilah," bisik Kancil. "Perkenalkan, aku Kancil. Binatang
piaraan baru Pak Tani. Tahukah kau? Besok aku akan diajak Pak Tani menghadiri pesta di
rumah Pak Lurah. Asyik, ya?"
Anjing terkejut mendengarnya. "Apa? Aku tak percaya! Aku yang sudah lama ikut Pak
Tani saja tidak pernah diajak pergi. Eh, malah kau yang diajak." Kancil tersenyum penuh
arti. "Yah, terserah kalau kau tidak percaya. Lihat saja besok! Aku tidak bohong!"
Rupanya Anjing terpengaruh oleh kata-kata si Kancil. Dia meminta agar Kancil membujuk
Pak Tani untuk mengajaknya pergi ke pesta. "Oke, aku akan berusaha membujuk Pak
Tani," janji Kancil. "Tapi malam ini kau harus menemaniku tidur di kandang ayam.
Bagaimana?" Anjing setuju dengan tawaran Kancil. Dia segera membuka gerendel pintu
kandang, dan masuk. Dengan sigap, Kancil cepat-cepat keluar dari kandang. "Terima
kasih," kata Kancil sambil menutup kembali gerendel pintu. "Maaf lho, aku terpaksa
berbohong. Titip salam ya, buat Pak Tani. Dan tolong sampaikan maafku padanya." Kancil
segera berlari meninggalkan rumah Pak Tani. Anjing yang malang itu baru menyadari
kejadian sebenarnya ketika Kancil sudah menghilang.
HIKMAH :
Kancil yang cerdik, ternyata mudah diperdaya oleh Pak Tani. Itulah sebabnya kita
tidak boleh takabur.

Selasa, 26 April 2011

Mendengarkan Pembacaan Puisi dan Menanggapinya

Salah satu bagian karya sastra berbentuk untaian kata-kata yang setiap katanya memiliki kandungan makna yang kaya adalah puisi. Puisi akan lebih menarik jika dibacakan dengan cara deklamasi. Hal menarik dalam pembacaan sebuah puisi melibatkan beberapa unsur; di antaranya irama,mimik,kinesik,volume suara,ekspresi,serta penghayatan isi puisi yang di bacakan.
Hal-hal yang bisa kamu peroleh ketika mendengar puisi
  1. Kamu dapat mengembangkan dan mempertajam rasa keindahan dalam dirimu.
  2. Kamu bisa mengembangkan sikap berempati dan bersimpati terhadap orang lain.
  3. Kamu dapat memperluaspyengetahuan dan pengalaman.
  4. Kamu bisa merefleksikan pembacaan puisi dalam berbagai bentuk,seperti tanggapan,tulisan diskusi,dan pernyataan.

Jumat, 22 April 2011

ASKING AND GIVING INFORMATION

Language Function
1)      Expressing gratitude
Thank you.
Thanks.
Thank you very much.

Expressing apology
  1. I am sorry.
  2. I m very sorry.
  3. Please excuse me.
  4. Please accept my apology

Asking for information
  1. Excuse me.What is your name?
  2. Can you tell me where you live?
  3. Can you help find the classroom?

Giving information
1)      My name is Anisa.
2)      I live on Jalan Setiabudhi.
Grammar: There Is / There Are
Example:
1)      There is a book on the table.
2)      There are many chickens in my yard.
3)      There is some milk in the cup.

GRATITUDE AND APOLOGY

SPEECH Act

We use these expressions to express gratitude
  1. Thank you
  2. Thanks
  3. Thank you very much
We use these expressions to respond to gratitude
  1. That’s all right
  2. My pleasure
  3. You are welcome
  4. No problem
  5. Don’t mention it
We use these expressions to express apology
  1. Sorry
  2. Iam very sorry
  3. I apologise for
  4. Please excuse me
  5. Please accept my apology
We use these expressions to respond to apology
  1. Never mind
  2. That’s all right
  3. That’s OK
  4. Please don’t be sorry
  5. It doesn’t matter
We use these expressions to ask information
1)      Excuse me.What is your name?
2)      Can you tell me where you live?
3)      Can you help me find the laboratory?
4)      Sorry to trouble you,but do you know where Anisa is?
5)      Do you happen to know where the bank is?
6)      Could anyone tell me when the test is?
We use these expression to give information
1)      My name is Edo.
2)      I live in Jalan Setiabudhi.
3)      Anisa is in the post office.
4)      Take your first right.
5)      Go straigh up the street.It’s on the left. 
6)      The test on June 11 th,2007.

GREETING AND RESPONS

Language Function
Greeting
  1. Hi
  2. Hello
  3. Good morning
  4. Good afternoon
  5. Good evening
Introducing
  1. My name is Tiana
  2. I am Monty
  3. This is my friend, Widdie
Grammar : To Be
Example :
  1. Im a student
  2. You are a teacher
  3. He is a principal
  4. They are students

Rabu, 20 April 2011

HOW TO MAKE EPE BANANAS

You will need
1 bunch of bananas
1 liter of water
2 kg brown sugar
50 gr white sugar
10 gr vanilla essences

Prepation
  1. Peel the bananas, then roast them over charcoal until some what soft and brown
  2. Flatten them with a special wooden clamp or, if you don't own one, use a large flat wooden spoon to flatten the bananas on a cutting board
  3. Sauce boil the water with the brown sugar white sugar and vanilla essence until it dissolves into thick syrup, then pour over the bananas
Questions
1. What is the name of the cake that you make?
2. Where do you pour the sauce?
3. When do you roast the bananas?

TABEL NARASI


TABEL JUMLAH SISWA SMP”JAYA NEGARA” TAHUN 2011 YANG MEMILIKI KEGEMARAN.

No
Kegemaran
Jumlah Siswa
1
Menyanyi
6
2
Menari
21
3
Voli
10
4
Basket
15
5
Sepak Bola
8
Jumlah siswa seluruhnya
60 siswa

NARASI
Siswa SMP”JAYA NEGARA” Tahun 2011 memiliki kegemaran yang berbeda.
Contohnya : kegemaran yang sedikit digemari siswa adalah menyanyi jumlahnya ada 6 siswa,kegemaran yang banyak disukai siswa adalah menari jumlahnya ada 21 siswa,jumlah seluruh siswa SMP”JAYA NEGARA” ada 60 siswa.
Rumus 5W + 1H
5W         What          : Apa
Who          : Siapa
Where       : Di mana
When        : Kapan
Why           : Mengapa
1H           How           : bagaimana
PERTANYAAN
1.     Apa yang dimaksud dari diagram diatas ?
2.     Siapa yang melatih kegemaran voli ?
3.     Di mana pelatihan sepak bola ?
4.     Kapan dilaksanakan pelatihan bola basket ?
5.     Mengapa siswa yang mempunyai kegemaran menyanyi jumlahnya sedikit ?
6.     Bagaimana situasi pelaksanaan menari ?



Selasa, 19 April 2011

Membaca Intensif Tesk Bacaan

Membaca intensif merupakan cara membaca yang dilakukan secara saksama terhadap rincian-rincian suatu tesk atau bacaan. Didalam sebuah bacaan terdiri atas beberapa paragraf. Paragraf-paragraf tersebut saling mendukung dalam menjelaskan satu tema.Paragraf adalah rangkaian kalimat yang disusun dengan sistematis dan logis sehingga membentuk aturan kesatuan pokok bahasan. Dalam sebuah paragraf biasanya terdapat satu gagasan utama dan beberapa gagasan penjelas.Gagasan utama adalah gagasan yang menjadi dasar pengembangan paragraf.Gagasan utama dalam suatu bacaan merupakan suatu hal yang dibahas atau diungkapkan dalam bacaan.Sedangkan gagasan penjelas adalah gagasan yang perannya menjelaskan gagasan utama.

WAWANCARA

Wawancara merupakan salah satu teknik yang dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi mengenai sesuatu yang berhubungan dengan apa yang kita butuhkan. Wawancara memiliki arti yaitu proses tanya jawab untuk mendapatkan informasi mengenai suatu hal dari orang lain yang menjadi narasumber. Agar kita dapat menyimpulkan pikiran atau pendapat narasumber berdasarkan wawancara yang kita dengar,tentu saja hal utama yang harus kita lakukan adalah mendengarkan pendapat narasumber denagn cermat. Sebelum menyimpulkan apa yang disampaikan narasumber dalam wawancara,maka kita perlu mengetahui pokok-pokok penting dalam wawancara tersebut. Pokok-pokok tersebut nantinya dapat kita jadikan acuan untuk menarik sebuah kesimpulan. Kegiatan wawancara melibatkan dua orang yaitu narasumber (orang yang memberikan informasi)dan pewawancara ( orang yang mencari informasi).

BERTELEPON

Telepon berarti pesawat dengan listrik dan kawat untuk bercakap - cakap antara dua orang yang berjauhan tempatnya atau percakapan yang disampaikan melalui pesawat. Telepon merupakan alat komunikasi yang cukup efektif dalam menghubungi seseorang untuk memperoleh atau menggambarkan berita. Pada umumnya, telepon digunakan agar mempermudah hubungan antar komunikasi, walau tempatnya berjauhan. Bertelepon berarti kamu berhadapan dengan orang lain walaupun tidak secara langsung bertatap muka. Untuk itu, kamu perlu mawas diri. Jangan sampai ucapan, kata-kata, atau kalimatmu menyinggung perasaan penerima. Oleh karena itu, kamu harus menggunakan bahasa yang sopan,baik,dan benar, kecuali mungkin dengan teman yang sudah lama kamu kenal. Berbicara melalui telepon, sebaiknya dilakukan seperlunya, secara singkat dan jela. Selain dapat menghemat biaya, secara tidak langsung kita telah memberikan kesempatan pada pihak-pihak yang lain yang hendak memanfaatkan jasa telekomunikasi.

Rabu, 13 April 2011

ARIES WALL PAINT

Direction for use
1. Clean the surface to be painted .
2. Stir well before use if necessary add water in the ration 10 - 20 %.
3. Two coats finish is recommended,may apply by brush,ruler of  spray.

Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik yang dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi mengenai sesuatu yang berhubungan dengan apa yang kita butuhkan . Wawancara memiliki arti yaitu proses tanya jawab untuk mendapatkan informasi mengenai suatu hal dari orang lain yang menjadi narasumber. Agar kita dapat menyimpulkan pikiran atau pendapat narasumber berdasarkan wawancara yang kita dengar, tentu saja hal utama yang kita lakukan adalah mendengarkan pendapat narasumber dengan cermat.Sebelum menyimpulkan apa apa yang disampaikan narasumber dalam wawancara,maka kita perlu mengetahui pokok - pokok penting dalam wawancara tersebut.Pokok-pokok tersebut nantinya dapat kita jadikan acuan untuk menarik sebuah kesimpulan. Kegiatan wawancara melibatkan dua orang yaitu narasumber ( orang yang memberi informasi) dan pewawancara ( orang yang mewawancarai atau yang mencari informasi ).

MACAM-MACAM BANGUN DATAR


Persegi Panjang
 




Persegi Panjang adalah : Segi empat dengan sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang serta keempat sudutnya siku-siku.
Sifat-Sifat Persegi Panjang
1.     Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar
2.     Keempat sudutnya siku-siku (900)
3.     Memiliki dua diagonal yang sama panjang dan saling berpotongan dititik pusat.
Diagonal tersebut membagi persegi menjadi dua bagian sama besar.

a.     Keliling Persegi Panjang
Keliling bangun datar adalah jarak total yang mengelilingi bangun tersebut.
Rumus Keliling Persegi Panjang
K = 2(P+l)

b.     Luas Persegi Panjang
Luas bangun datar adalah besar ukuran daerah tertutup suatu permukaan bangun datar.
Rumus Luas Persegi Panjang
L = P x l



Persegi








Persegi adalah : Segi empat yang keempat sisinya sama panjang dan keempat sudutnya siku-siku.

Sifat – Sifat Persegi
1.      Semua sisinya sama panjang dan sisi yang berhadapan sama panjang.
2.      Keempat sudutnya siku-siku (900)
3.      Memiliki dua diagonal yang sama panjang.Berpotongan ditengah dan membentuk sudut siku-siku (saling tegak lurus)
4.      Sudut-sudutnya dibagi sama besar oleh diagonal-diagonalnya.

a.      Keliling Persegi
Keliling Persegi adalah jumlah panjang sebuah sisi-sisinya
Rumus Keliling Persegi
K = S x S x S x S =4s

b.      Luas Persegi adalah kuadrat panjang sisinya.
Rumus Luas Persegi
L = S x S =S2

  

Segitiga

 








Segi tiga sama kaki adalah Segitiga yang memiliki dua sisi sama panjang.

Sifat-Sifat Segitiga sama kaki
1.       Memiliki dua sisi yang sama panjang.
2.       Memiliki dua sudut yang sama besar.
3.       Memiliki satu sumbu simetri
4.       Dapat menempati bingkainya dengan 2 cara.

Macam-Macam Segitiga



                                        

Segitiga siku – siku                                     
Sifat-sifat Segitiga Siku-siku
1.       Salah satu sudutnya 900  (siku-siku)
2.      Berlaku teorema Pythagoras

Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang.
Sifat-  Sifat - sifat Segitiga sama sisi
1.       Semua sisinya sama panjang.
2.       Semua sudutnya sama besar yaitu 600.
3.       Mempunyai tiga sumbu simetri.
4.       Memiliki simetri putar tingkat 3

a)    Rumus Keliling Segitiga
K = S + S+ S

b)      Rumus Luas Segitiga
L    L =   a x t : 2


Jajar Genjang








Jajar genjang adalah segi empat dengan kekhususan,yaitu sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang,tetapi sudutnya bukan siku-siku.

Sifat-sifat Jajar Genjang
1.       Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
2.       Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
3.       Memiliki dua diagonal yang berpotongan di satu titik dan saling membagi dua sama besar.
4.       Jumlah sudut yang berdekatan adalah 1800
5.       Memiliki simetri putar tingkat 2 dan tidak memiliki simetri lipat.

Keliling Jajargenjang dapat dihitung dengan menjumlahkan semua panjang sisinya.Sisi-sisi yang sejajar,panjangnya sama.
Rumus keliling jajarangenjang
K = 2 x (sisi datar + sisi miring)

Luas Jajargenjang
Luas jajargenjang adalah hasil kali panjang sisi alas dengan tinggi.
Rumus luas jajargenjang
L = a x t



Layang - Layang




 










Layang-layang adalah segi empat yang dibentuk oleh kedua segitiga sama kaki dengan alasnya sama panjang dan berimpit.
Sifat-sifat layang – layang
1.      Dua panjang sisi yang berdekatan sama panjang.
2.      Sepasang sudut yang berhadapan sama besar.
3.      Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri.
4.      Salah satu diagonalnya membagi layang – layang menjadi dua sama panjang dan kedua diagonalnya berpotongan tegak lurus.

a.      Keliling layang – layang
Keliling layang – layang adalah jumlah panjang semua sisinya.
K = jumlah semua sisi

b.      Luas layang – layang
L =  D1 x D2 : 2




Belah ketupat











Sifat – sifat Belah Ketupat

1.      Semua sisi belah ketupat sama panjang.
2.      Diagonal – diagonalnya merupakan sumbu simetri.
3.      Sudut – sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal – diagonalnya
4.      Kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang dan berpotongan tegak lurus.
5.      Belah ketupat dapat menempati bingkainya menurut 4 cara.
a.     
 a.      Keliling Belah Ketupat

Keliling belah ketupat adalah jumlah panjang semua sisinya.Karena panjang sisi belah ketupat sama.
K = S + S + S + S = 4S

b.      Luas belah ketupat
Luas belah ketupat sama seperti layang – layang
L =  D1 x D2 : 2


Trapesium


 






Sifat – sifat trapesium
1.     Pada trapesium sama kaki,sudut – sudut alasnya sama.
2.     Pada trapesium sama kaki, diagonal – diagonalnya sama panjang.
3.     Jumlah dua sudut yang berdekatan antara dua sisi sejajar pada trapesium adalah 1800
4.     Pada trapesium sama kaki mempunyai satu sumbu simetri.
5.     Trapesium siku – siku mempunyai dua sudut siku – siku.

Keliling trapesium              = s + s + s +s

Luas trapesium                    jumlah sisi sejajar x tinggi 














belah